Minggu, 28 Desember 2008

Merangsang Kreativitas Guru Menyusun Bahan Ajar

MOTIVASI merupakan hal pokok bagi siapapun. Tidak terkecuali juga bagi kaum guru di berbagai jenjang. Perubahan kurikulum tidak akan banyak berarti jika perilaku dan cara guru mengajar tidak ada perubahan. Salah satu ciri perubahan perilaku guru adalah bagaimana dapat mempersiapkan program pengajaran secara cermat.
Guna menghasilkan tamatan yang memiliki kualitas mantap sesuai standar kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran setiap kompetensi secara sistematis, terpadu dan tuntas. Selama ini guru hanya terfokus pada sumber belajar buku dalam rangka mencapai kompetensi yang digariskan dalam kurikulum. Sumber belajar dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik dsb (Sadiman, 2004).
Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai tempat atau lingkungan alam sekitar misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung dsb. Dapat pula berupa benda, misalnya candi, situs dsb. Bahkan orang, bahan, buku, peristiwa dan fakta yang sedang terjadipun dapat dijadikan sumber belajar.
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ini dapat berupa tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran (teaching-material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (website dikmenjur).
Fungsi bahan ajar bagi guru untuk mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi seharusnya diajarkan kepada siswa. Sedang bagi siswa akan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari. Bahan ajar juga berfusngsi sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran. Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, evaluasi dan respon terhadap hasil evaluasi.
Jenis bahan ajar antara lain, cetak (buku, handout, modul, LKS, foto, model), bahan ajar dengar (kaset, radio, compact disk), pandang dengar (video compact disk, film). Untuk mendesain bahan ajar yang beraneka ragam ini memerlukan keahlian dan biaya yang tidak sedikit. Sebagai guru yang peduli akan pentingnya bahan ajar, sekurang-kurangnya mampu berbuat demi kebaikan siswa dengan membuat bahan ajar yang sesuai dengan kemampuannya.

Macam Bahan Ajar Cetak
Kita mengenal beberapa jenis bahan ajar cetak antara lain, handout, buku, modul, dan brosur. Handout is prepared statement given yaitu pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Guru dapat membuat handout dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan kepada peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh melalui down-load internet atau menyadur dari berbagai buku dan sumber lainnya.
Buku sebagai bahan ajar merupakan sumber belajar yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan menggunakan bahasa sederhana, menarik dan dilengkapi dengan gambar dan keterangan, isi buku, dan daftar pustaka. Bukun akan sangat membantu guru dan siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar peseta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, oleh karena itu modul harus berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi dan balikan terhadap hasil evaluasi.
Brosur merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid. Brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik karena bentuknya praktis. Agar brosur tidak terlalu banyak sebaiknya hanya memuat satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam brosur akan menambah daya tarik siswa untuk menggunakannya.
Bahan ajar cetak sebenarnya cukup banyak, namun dengan kreativitas guru mau membuat bahan ajar di atas kiranya guru telah berbuat baik untuk siswa-siswinya. Untuk tahap awal membuat bahan ajar cetak memang memerlukan kegigihan. Bila telah terbiasa mendesain karya, lebih-lebih menyangkut bahan ajar yang menjadi bidang tugas seorang guru, pekerjaan yang tampaknya sulit dikerjakan akan menjadi ringan. Kerja keras seorang guru dalam membuat karya bahan ajar ini akan memiliki manfaat ganda. Selain membantu siswa dalam belajar, karya ini juga akan dihargai sebagai kredit poin kredibilitas seorang guru. Hal ini terasa sekali bagi guru yang telah terjaring sebagai peserta sertifikasi atau bahkan naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi.
Menyadari betapa pentingnya pengembangan bahan ajar, sudah saatnya seorang guru untuk meluangkan waktu khusus untuk membuat karya. Selama tidak ada tekad kuat dan hanya terbayang saja dalam angan-angan, seorang guru tidak mungkin dapat mewujudkan karya yang bermanfaat ini. (*)

(Sumber: http://www.radarsemarang.com/community/artikel-untukmu-guruku/2259-merangsang-kreativitas-guru-menyusun-bahan-ajar.html)

Peran Guru Mengembangkan Leadership Anak

Setiap anak memiliki potensi kepemimpinan, apabila talenta ini dikembangkan secara maksimal, maka akan meraih hal-hal yang lebih besar dari kemampuan individu tersebut. Dalam kehidupan sangat membutuhkan peran pemimpin yang sejati, jiwa kepemimpinan merupakan investasi terbaik bagi seorang anak. Dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan tingkat kecerdasan (IQ) saja tidak cukup. Unsur yang lebih penting justru pada pendidikan dan pelatihan anak secara berkesinambungan.
Secara umum anak-anak akan mendamba semua orang yang menyukai dan menghargai dirinya, mengungkapkan penghargaan pada anggota keluarga, menyambut teman-temannya di rumah secara ramah, dan orang yang peduli dengan menegur anak namun tidak di depan teman-temannya. Betapa malu bila seorang anak disalahkan atau dimaki-maki pihak lain di depan teman. Anak juga tidak menyukai orang yang dihormatinya (orangtua) bertengkar di depannya.
Pemahaman tentang jiwa anak akan berpengaruh secara kuat dalam rangka membentuk jiwa kepemimpinan anak secara mantap. Anak yang hidup di lingkungan keras, keluarga selalu cekcok dan konflik akan terkendala, dan agak sulit dalam menanamkan jiwa kepemimpinan secara baik. Hal ini seharusnya dipahami oleh para orangtua yang bijak dalam menyiapkan anak-anaknya menjadi generasi cerdas dan berhati mulia.
Kertas Putih
Sangat sependapat anak ibarat kertas putih bersih, lingkungan keluarga yang pertama memberi goresan kepribadiannya seorang anak. Bagi anak yang hidup di lingkungan yang damai, aman, dan sejuk, tentunya akan berbeda dalam pembentukan kepribadian dan jiwa kepemimpinan pada anak yang hidup di keluarga yang belum beruntung. Nilai-nilai yang diserap di keluarga ini akan berkembang lagi di tingkat sekolah dan masyarakat.
Menyadari sekolah sebagai lingkungan kedua dari anak, maka peran guru sangat vital dalam mengembangkan nilai-nilai baik yang telah tersemai di keluarga. Bagi siswa yang telah terbangun dengan kepribadian secara baik di tingkat keluarga akan mudah dikembangkan di tingkat sekolah formal ini. Guru harus mampu menjadi figur yang dapat dicontoh anak dalam segala hal. Dari kenyataan ini peran guru sebenarnya melanjutkan tugas orangtua di tingkat keluarga. Betapa sedih seorang guru menanamkan nilai-nilai baik yang belum terbangun dari keluarga anak. Selain anak bingung menyikapi karena dianggap tidak biasa ia terima, guru pun pusing menangani anak yang berperilaku semaunya, yang biasa dilakukan di tingkat keluarga tersebut.
Menyadari kenyataan ini, maka kesinambungan pendidikan anak memang sangat perlu. Tanggungjwab pembentukan kepribadian dan jiwa kepemimpinan sebenarnya pada orangtua anak yang bersangkutan. Sekolah dan masyarakat hanya sebagi penyempurna dan pengembang agar nilai-nilai baik di keluarga tersebut dapat berkembang secara optimal. Selain orangtua, peran teman sepermainan dan guru yang mengajar anak sangat berpengaruh pada pembentukan jiwa anak tersebut.

Empat Hal Utama
Kepemimpinan seorang anak dapat ditumbuh kembangkan melalui berbagai hal. Pertama, membangun karakter anak. Secara bertahap dan berkala dapat dilatih untuk mendisiplinkan diri dalam melakukan hal yang tidak mereka sukai. Anak sangat membutuhkan bantuan untuk menetapkan sebuah target dan berfokus untuk menyelesaikannya. Anak sangat perlu menerima alasan di balik peraturan dan instruksi yang diberikan. Selain itu, anak perlu membuat janji pribadi dan mintalah pertanggungjawaban mereka atas pelaksanaan janji tersebut. Anak juga perlu diperkenalkan dengan pemimpin berintegrasi sehingga bisa belajar secara langsung.
Kedua, perspektif. Bantulah anak berpikir melalui perspektif mereka tentang visi, rencana dan kegiatan. Untuk dapat mengembangkan hal ini, anak dapat diajak berjalan-jalan ke berbagai daerah, nonton berita, membaca buku termasuk biografi seorang pemimpin sehingga mereka menjadi anak yang optimis. Minta anak menulis impian mereka dan motivasi mereka untuk menuju impian tersebut. Perspektif memampukan seorang pemimpin untuk melihat dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk meraih tujuan.
Ketiga, courage. Anak sangat perlu bantuan untuk membuat dan mempertahankan komitmen, berdiri teguh dan mengambil resiko serta mampu menunjukkan kegigihan dalam meraih tujuan. Dalam mengembangkan keberanian anak ini mintalah mereka melakukan suatu hal yang lebih besar, motivasi mereka, evaluasi dan berilah pujian. Secara bersama-sama belajar untuk saling bertanggungjawab terhadap komitmen dan keputusan yang dibuat bersama.
Keempat, favor bantulah anak belajar menghargai orang lain, membangun karisma pribadi dan mengembangkan keahlian dalam hal komunikasi, motivasi, delegasi atau bahkan konfrontasi. Untuk mengembangkan kebaikan hati ini, ajar mereka menemukan kebaikan orang lain dan memuji kebaikan tersebut. Hal ini dapat ditempuh anak dalam kegiatan ekstra kurikuler atau kegiatan lain yang melibatkan orang banyak.
Melalui keempat cara di atas anak dimungkinkan dapat tumbuh menjadi pemimpin yang baik serta akan mampu mengendalikan dirinya dan orang lain. Semoga! (*)

(sumber : http://www.radarsemarang.com/community/artikel-untukmu-guruku/927-peran-guru-mengembangkan-leadership-anak-.html)


Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.

Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran


(Sumber: http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html)